Selamat datang di website Gereja Yesus Kristus (GYK) yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1943 dengan nama awal Gereja Jesu Chiao Hui.
Walau namanya mirip dengan banyak gereja lain, tapi kami bukan gereja Mormon (Gereja Yesus Kristus dan Orang-orang Suci Zaman Akhir), bukan Saksi Yehovah (JW), dan bukan Gereja Kristus Yesus (GKY).
GYK berpedoman pada Alkitab LAI dan ILT dan berprinsip “kita harus hidup berpatokan pada arahan Tuhan”. GYK hanya berada di satu lokasi di Jakarta. GYK tidak memiliki cabang ataupun pos di manapun juga.
Fokus pemuridan GYK adalah: menjadikan setiap orang anak Allah, sesuai arahan Roma 8:14 “Setiap orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah”
GEREJA MANDARIN KHEK PERTAMA DI JAKARTA SEJAK 1943




LINK RENUNGAN SEDERHANA JEMAAT


RETRET MARIO MILKA AGUSTUS 2025

RETRET SENIOR MERDEKA AGUSTUS 2025

RETRET REMAJA PEMUDA GARUT JULI 2025

RETRET MENDADAK APRIL 2025

RETRET MARET 2025

SEMINAR SUMBA – NTT OKTOBER 2024







RETRET AKHIR TAHUN 2024






RETRET MMA KUPANG SOE, 4-6 DAN 11 JUNI 2024

RETRET MMA JAKARTA, 10-12 MARET 2024

RETREAT Anak sM, Graha wisata TMII, 7-9 februari 2024


Retreat UMUM, 30 Desember 2023 – 1 Januari 2024




RETREAT REMAJA sukabumi, 3-6 juli 2023


Retret Tunanetra, januari 2023




Retret Pemuda dan Lansia 2023


RETRET PENGKHOTBAH rangkasbitung, 25-27 desember 2023



Sejarah 81 tahun
Gereja Yesus Kristus (GYK) didirikan di Jakarta oleh Pdt. Lian Joek Siang (Job S. Lian, lahir di Jakarta, 16 Oktober 1913) bersama isterinya Liem Piang Lian (Vella Limausang, lahir di Bogor, 25 Oktober 1939) pada tanggal 9 Mei 1943 dengan nama Gereja Jesu Chiao Hui atau The Chinese Christian Church dengan Surat Keputusan Regering Van Nederlandsch Indie tanggal 18 Maret 1948 menurut peraturan Staatsblad 1927 no. 156, 532. Surat Keputusan ini diperkuat lagi oleh Surat Keterangan Dept. Agama DirJen Bimas Kristen Protestan no. E/Ket/213/1083/79 tertanggal 17 April 1979
Pdt. Job S. Lian dikenang sebagai tokoh yang latar belakangnya menarik. Beliau adalah anak miskin yang lahir di Jembatan Busuk Ketapang Utara tahun 1913, dan mengenal Tuhan sewaktu bekerja sebagai pegawai toko. Dia mengikuti kursus Alkitab tertulis Scoffield dan kemudian memilih melayani Kristus sepenuhnya dengan mengambil pelajaran dari Jaffray Bible School, Makassar, lalu kemudian meneruskan ke Wu Chou, Kwangsi, Cina. Beliau adalah penerjemah Pdt. Zhao She Kwang (pendiri Gereja Santapan Rohani Indonesia) dan Pdt. Beverly Leon Ho (pendiri Gereja Sidang Kristus).


Pdt. Job S. Lian kemudian ditahbiskan menjadi pendeta di Gereja Sidang Kristus di Jakarta dan melayani di Jl. Tamansari (sekarang Gereja Santapan Rohani Indonesia) Jakarta. Kemudian Pdt. Job S. Lian mendapat visi untuk melayani umat yang berbahasa Hakka di Jakarta. Maka kemudian beliau mendirikan Gereja Jesu Chiao Hui (GJCH) tanggal 9 Mei 1943. Jemaat baru ini meminjam tempat di Gereja Pantekosta Petekoan (Gereja Isa Almasih Perniagaan).
Di bulan Desember 1946, jemaat GJCH meninggalkan Perniagaan dan mulai menempati tempat pinjaman di pekarangan sekolah Taman Kanak-Kanak di jalan Mangga Besar yang bernama Chung Hua Yu Che Yuan. Ibadah dilakukan setiap hari Minggu sore. Sekolah ini sekarang telah menjadi RS. Chandra di Jl. Mangga Besar Raya. Tiap hari Minggu seorang jemaat setia membawa kursi-kursi bulat dari Petjah Kulit Jl. Pangeran Jayakarta untuk dipakai ibadah dengan gerobak dorong. Baru pada bulan Oktober 1948, GJCH menempati gedung sewaan bekas Kantor Pos di Jl. Molenvliet Osst 106 (Jl. Hayam Wuruk 106) hingga sekarang.

GJCH diberkati Tuhan dan berkembang pesat hingga pada tahun 1952 telah memliki lebih dari 1000 jemaat. Tahun 1955 tercatat ada 1250 jemaat menjadi anggota GJCH. Kemudian GJCH membuka ladang misi di Pontianak, Singkawang, Malang dan Surabaya. Jemaat di Surabaya ini dimulai tanggal 31 Maret 1954 dengan meminjam tempat di Gereja Pantekosta, Jl. Sarkoro No. 11, Surabaya dengan pengurus utama Liauw Kong Choy, Thio Kong Hien, Liong Tung Su, Lie Jim Tjong, Tjong Tji Sauw, Tjoeng Thian Po, Lie Kwie Fong, Liauw Jum Lin, Thong Njun Jin, Tjia Kim Soen. Tapi karena tidak ada biaya, maka gereja-gereja ini kemudian dialihkan untuk bergabung dengan gereja-gereja lokal.

Pada tanggal 29 Maret 1962 pukul 2 pagi, Pdt. Lian kemudian wafat karena kelainan jantung di usia 49 tahun. Salah satu jemaat senior menyatakan bahwa pada waktu beliau wafat, jenazahnya disemayamkan selama 7 hari di rumahnya (Jl. Mangga Besar 6 No. 49), lalu dipindahkan ke GJCH tanggal 6 April 1962 dengan diarak gerobak dorong dari rumahnya di Taman Sari menuju Gereja dengan diikuti sangat banyak jemaat. Tanggal 7 April 1962 pukul 14.00 jenazah diberangkatkan ke pemakaman Menteng Pulo, Jakarta.
Sejak kematian Pdt. Job S. Lian, maka terjadi kekosongan gembala sidang yang kemudian menyebabkan kemelut dan perpecahan di GJCH. Kemelut ini sangat meresahkan jemaat dan pemerintah karena sempat mengakibatkan kekerasan fisik terjadi di dalam GJCH. Salah satu solusi yang kemudian dikembangkan adalah ibadah dalam gedung GJCH dibagi-bagi. Hari Senin, Rabu, Jumat, Minggu pagi digunakan oleh kelompok A. Sedangkan hari Selasa, Kamis, Sabtu, Minggu mulai pukul 14.00 untuk kelompok B. Kunci pintu gereja semua dirusak, tidak pernah ada yang membersihkan gereja, semua tagihan listrik, air, tidak pernah ada yang bayar. Seluruh perpecahan yang menyakitkan ini baru tuntas 16 tahun kemudian.

Untuk mengatasi kemelut yang berlarut-larut ini, maka kedua belah pihak meminta putera sulung Pdt. Job S. Lian, yaitu Samuel Lian Soesilo (Lian Teh Kwang, lahir di Pati, 8 Januari 1941, dan dibesarkan di Jakarta) segera pulang setelah lulus dari sekolahnya di Hong Kong Baptist Theological Seminary dengan gelar Bachelor of Theology pada tanggal 25 Mei 1964. Samuel Lian terpaksa melepaskan cita-citanya untuk pergi ke Afrika mengikuti jejak Dr. David Livingstone.
Akhirnya, mulai tanggal 18 September 1964, Pdt. Samuel Lian ditahbiskan jadi pendeta dan gembala sidang. Para pendeta penahbis adalah Pendeta (Angkatan Laut) Soesilo Djojosudarmo, Pdt. Rembeth, Pdt. Maak King In, Pdt. Tjio King Hok, Pdt. Urbanscok dengan disaksikan oleh perwakilan KUA DKI, Dirjen Bimas Kristen Protestan. Penahbisan hampir saja gagal, tapi berkat campur tangan Tuhan lewat Menteri Rumambi, maka pentabisan dapat dilaksanakan.

Sejak itu, GJCH mulai digembalakan oleh Pdt. Samuel Soesilo yang saat itu baru berusia 23 tahun, dengan jemaat sekitar 20-30 orang. Majelis yang mula-mula membantu Pdt. Samuel adalah Bapak dan Ibu Gouw Tjiong Seng, Kwok Sie Jung, Tjong Tet Lien, Ibu Gembala Job S. Lien, Lien Sak Tjhin, Joeng Hiang Tjong, Tai Piang Lien, Siem Wong Tiam, dan Lim Fon Njan. Pengurus baru ini diakui oleh Departemen Agama RI Kantor Urusan Agama DKI melalui Surat Pengumuman no. 169/I/i/n/63 tertanggal 5 Juli 1963.
GJCH mengalami situasi yang sulit pada masa itu, Total persembahan tidak cukup untuk membeli sekarung beras pada waktu itu. Karena kesulitan dana ini, maka Pdt. Samuel terpaksa bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Jerman importir mesin MWM.

Pada tanggal 4 Oktober 1968 Pdt. Samuel Soesilo menikahi teman masa kecilnya (waktu mengikuti ayahnya penginjilan di Pati), Ibu Evie Widjaja (Oey Jan Nio). Ibu Evie yang kelahiran Pati, 5 Oktober 1938 kala itu adalah seorang pemilik rumah bersalin, puteri kedua dari pasangan Bapak Oei Som Hien dan Ibu Kwik Tjioe Nio. Pendamping sekaligus pengendara mobil pengantin sewaktu mereka menikah adalah Bapak Pdt. Yesaya Abdi.

Di bawah kepemimpinan Pdt. Samuel, maka GJCH berganti nama menjadi Gereja Yesus Kristus (GYK). Pdt. Samuel bersama Ibu Evie dan Ibu Vella Limausang kemudian mulai mendirikan Yayasan Kristen Penuai sekitar tahun 1970 an dengan bermula dari TK Nazaret tahun 1967 dengan bantuan Ibu Lay Hui Yen dan Chiu Heisen Mei. Yayasan ini kemudian mendirikan Sekolah Dasar untuk keperluan penginjilan. SD Penuai kemudian berkembang dengan SMP tahun 1975 dan berkembang dengan SMA SMEA tahun 1985. Sekolah ini dikenal sebagai sekolah yang menerima anak-anak ‘buangan’ dari sekolah lain dan sempat membangun gedung 5 lantai di tanah Pasar Bulan (Jl. Hayam Wuruk 106) untuk keperluan sekolah, dan gedung 3 lantai untuk gereja.
Sekolah Penuai memiliki aturan-aturan yang keras. Semua siswa diwajibkan menghadiri kebaktian pagi setiap hari, dan kebaktian umum di hari Minggu. Jadi mereka beribadah 7 hari dalam seminggu. Kewajiban ini dijalankan dengan tegas oleh Pdt. Samuel dibantu oleh para guru sekolah, tanpa pandang bulu. Tuhan memberkati upaya ini sehingga banyak alumni sekolah Penuai yang menjadi murid Kristus.

Sekolah Penuai kemudian ditutup tahun 1990 karena beban bunga hutang sengketa GJCH dan biaya pembebasan tanah Pasar Bulan yang menumpuk. Kasus hutang ini sempat membuat para rentenir (kreditor gelap) menahan Pdt. Samuel Soesilo dan Ibu Evie selama 20 hari di penjara Markas Besar Polri. Keduanya akhirnya dibebaskan karena campur tangan Tuhan. Tak lama kemudian, gedung sekolah Penuai dijual untuk membayar semua hutang ini.
Walau akhir sekolah Penuai mengenaskan, tetapi para alumni Penuai tersebar luas di berbagai gereja dan aktif terlibat berbagai pelayanan. Tidak dapat dipungkiri, ini adalah buah anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Tuhan juga kemudian mengaruniakan GYK masa tenang paska penahanan itu.
Pdt. Samuel wafat karena komplikasi diabetes tanggal 28 Januari 2015 di Rumah Sakit Carolus, Jakarta, pada usia 74 tahun dan dikremasi di Cilincing. Masa penggembalaannya adalah 53 tahun. Beliau dikenang sebagai orang yang tegas dalam hal ajaran dan memprioritaskan kaum tersisih (marjinal).

Karena jemaat GYK mayoritas dari kaum marjinal, kondisi keuangan gereja sangat sulit. Dalam hal ini Pdt. Samuel sangat bergantung pada pertolongan Tuhan. Beliau pantang meminta-minta kepada jemaat akan kebutuhan gereja. Untuk memenuhi kebutuhan gereja dan rumah-tangganya, beliau bekerja sebagai supir mikrobus, montir, penjual es mambo, pengusaha kantin, dan sebagainya.
Mikrobus juga digunakan setiap hari Minggu untuk menjemput jemaat dari Kampung Melayu dan Tanjung Priok untuk diajak ke gereja. Di kemudian hari, Bapak Benny Anis dari wilayah Tanjung Priok kemudian membantu beliau dalam hal penjemputan jemaat Tanjung Priok. Kerja keras kedua orang ini kemudian berbuahkan jemaat yang tetap setia walaupun mereka telah pindah domisili ke tempat yang sangat jauh dari lokasi GYK.

Para pejuang GYK
Bapak Benny Anis adalah salah satu jemaat yang mengingatkan kita akan prinsip “saya ada untuk Tuhan, bukan Tuhan ada untuk saya”.
Bapak Benny peranannya sangat besar dalam perkembangan GYK. Memang sejak muda Bapak Benny terkenal ulet. Benny muda memiliki profesi sebagai penjual kopi dan teh di kapal feri dari Jakarta hingga menuju Papua. Orang-orang mengingatnya sebagai si Kopi. Beliau kemudian jatuh hati pada salah satu jemaat GYK, Ibu Marce (Lay Njoek Hoa). Beliau memberi dirinya dibaptis berbarengan dengan Ibu Marce, dan kemudian menikahi Ibu Marce, serta dikaruniai tiga puteri dan satu putera: Helene, Yohana, Uria Marliani, dan Steven.
Paska pernikahan, tidak ada satupun yang bisa membuat Bapak Benny meninggalkan Tuhan. Kesetiaanya luar biasa. Mobilnya pernah hilang dicuri orang, rumah dan tokonya pernah terbakar habis, tapi tidak pernah sekalipun dia meninggalkan pelayanannya kepada Tuhan. Tuhan selalu di atas segalanya bagi Bapak Benny.
Kesetiaan ini diuji sangat hebat oleh Tuhan. Tuhan mengijinkan Bapak Benny terserang stroke pada tahun terakhir masa hidupnya. Kami tahu betul bahwa stroke ini dianugerahkan Tuhan agar pesan Roma 8:14 “Setiap orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah” bisa terjadi atas Bapak Benny. Jadi fisiknya tidak melakukan apa-apa, tapi rohnya terus menerus dibimbing Roh Allah.
Bukti utama dari hal ini adalah: selama masa yang sangat sulit ini, Bapak Benny tidak pernah satu kalipun melalaikan ke Gereja di hari Minggu. Akhirnya Bapak Benny pulang ke rumah Bapa di surga pada bulan Agustus 2014. Kepergiaannya membawa kesedihan dalam bagi seluruh GYK, terutama Pdt. Samuel Soesilo yang merasa terpukul karena ditinggal teman baiknya. Tuhan sendiri membalas kesetiaan pahlawan iman GYK ini dengan anak-mantu-cucu yang semuanya takut akan Tuhan dan diberkati.

Pendamping pelayanan Pdt. Samuel, yaitu Ibu Evie Widjaja, wafat lima bulan setelah wafatnya Pdt. Samuel. Beliau wafat 12 Juni 2015, pada usia 76 tahun karena kecelakaan sepeda motor di depan Halte Busway Glodok, Jakarta. Puji Tuhan, pengendara sepeda motor, Bapak Tjiong Kok Kong yang juga mengalami luka sangat serius di kepala, akhirnya membaik 3 bulan kemudian.
Semua teman dekat Ibu Evie sudah tahu bahwa kerinduan terbesar Ibu Evie adalah segera bertemu dengan Tuhan. Ibu Evie sudah menyiapkan kematiannya sejak Maret 2013 dengan bantuan dua sahabat karibnya, suami isteri Pdt. Yesaya Abdi dari GKMI. Ditemani mereka, Ibu Evie kemudian memilih peti mati, rumah duka, mobil jenazah, baju yang akan dipakai, serta menghubungi pendeta yang akan melayani upacara penguburannya. Tempat persemayaman terakhir beliau didapat dari hibah Keluarga Wiwi, Cisalak pada tahun 2013.
Ibu Evie dikenang sebagai seorang yang sangat taat dalam mendengar dan melakukan perintah Tuhan. Segala sesuatu ditanyakan beliau dalam doa. Beliau dipercaya melayani Tuhan Yesus Kristus di bidang penyembuhan penyakit non medis bersama Persekutuan Doa Keluarga Allah Gereja Kristen Muria Indonesia (PDKA GKMI), di kota besar maupun di pedalaman seperti Mongolia, Riau, Kalimantan, Surabaya, Lapindo, Semarang, Papua, dan lainnya. Bagi Bu Evie “hidup adalah untuk Kristus, dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21)

Untuk mengisi kekosongan gembala sidang, maka dibentuk panitia khusus di bawah arahan Bapak Djony Widjaja tanggal 3 April 2015. Kepengurusan ini berhasil memimpin GYK membangun secara fisik dan non-fisik hingga akhirnya berhasil mentahbiskan Gembala Sidang baru pada tanggal 20 Februari 2017.
Gembala sidang baru ditahbiskan oleh 20 (dua puluh) pendeta dari berbagai gereja, yaitu: Pdt. Yakub Susabda, Ph.D., Pdt. Yesaya Abdi, Pdt. Rendy A. Chuang, Pdt. Suparman Halim, Pdt. Christian Jonch, M.Th., Pdt. Dwi Istyo Hendri, Pdt. Febrian Christianto H., Pdt. Philip Tjendana, Pdt. Robert Siahaan, Pdt. Refli Sumanti, M.Th., Pdt. Andereas Hadi Simeon, Pdt. Timothy Joshua, Pdt. I Made Wasta, M.Th., Pdt. Peter Wagiman, Pdt. Edwin Halim, Pdt. P. Netty Lintang, D.Miss., Pdt. David N.P., Pdt. Gideon Ang, D.Hum., Pdt. Rafael, dan Pdt. Yohanes Budhi, D.Th..

Pada tanggal 13 November 2024, salah satu pahlawan iman GYK, Ibu Roslina Widjaja (Wong Sin Yun) dipanggil ke tempat Allah Bapa oleh Tuhan Yesus pada usia 82 tahun.
Semasa hidupnya Oma Roslina selalu berusaha membawa semua anak yang ditemuinya ke Sekolah Minggu. Beliau akan mengupayakan apa saja agar semua anak-anak itu berangkat ke Gereja. Beliau kemudian terkenal karena hati penginjilannya, kasihnya, dan imannya.
Sampai akhir hidupnya, janji Tuhan Yesus akan imanuel di Matius 28:19-20 (parafrase) ini terpenuhi sempurna di Oma Roslina,
“Selagi kamu pergi (ke pasar, ke kantor, ke sekolah, dsb.), jadikanlah semua bangsa (ras manusia) murid-Ku. Dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dengan mengajar mereka melakukan semua yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan sudah pasti, Aku menyertai kamu (imanuel) selalu sampai kepada akhir zaman.”

Kini GYK berjuang agar setiap domba Tuhan Yesus bisa mendengar suara Tuhan lewat Alkitab dan secara langsung, sesuai janji Tuhan di Yoel 2 berikut: “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat. Orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.”
Metoda mendengar Tuhan yang sering dilakukan jemaat GYK adalah metoda BAaRoKAh (buka Alkitab arahan Roh Kudus Allah). Teknik ini mirip dengan teknik Lectio Divina yang dipakai para rohaniawan sejak abad 18. Untuk lebih jelasnya soal BAaRoKah maka bisa dilihat di Youtube Selalu Tanya Tuhan (STT) berjudul Sing The Faith atau hubungi nomor telepon 087875122950.
Dengan kemampuan mendengar suara Tuhan secara langsung, maka tiap-tiap pengikut Kristus bisa menjadi imam-imam Kerajaan Allah yang kudus dan dipimpin langsung oleh Roh Allah. Sekarang hampir tiap jemaat di GYK bisa shema (mendengar dan melakukan) apa yang dikehendaki Allah.



Fokus berbagai kegiatan GYK ditujukan pada pengenalan akan Allah melalui program pengkhotbah awam, pewarta injil anak, pencipta puji-pujian, dan lain sebagainya. Beberapa karya pengkhotbah awam bisa dilihat di YouTube “Selalu Tanya Tuhan” (STT) dan Spotify “Tuhan dan Moms”. Beberapa lagu pujian yang sudah diproduksi jemaat GYK juga bisa dinikmati di YouTube “Gereja Yesus Kristus”.
LINK PENGKHOTBAH AWAM GYK
Semasa pandemi Covid, GYK mengadakan dua program untuk menolong masyarakat hidup lebih baik, yang pertama adalah Rha Hair Academy (RHA) yang menyelenggarakan kursus potong rambut gratis dan Unique Graphic Design (UGD) yang menyelenggarakan kursus desain grafis gratis untuk mendukung para wirausahawan online.
Kebijakan keuangan yang dipilih GYK adalah “gereja memberkati umat” dan bukan “umat memberkati gereja”. Karena kebijakan ini, semua acara di GYK bebas diikuti umatnya tanpa biaya sama sekali. Semua orang yang berkunjung ke GYK bisa makan siang atau makan malam secara gratis. GYK percaya bahwa Tuhan selalu menyediakan cukup untuk semua umatNya yang shema (mendengar dan melakukan – Ulangan 28). Terima kasih TUHAN!

Di tahun 2023 GYK telah diperintahkan Tuhan untuk mengadakan lebih dari 10 retret gratis bagi umum (non jemaat GYK), yaitu Retret Tunanetra, Retret Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus, Retret Pecandu (Addiction), Retret Lansia 1, Retret Lansia 2, Retret Mudah Membaca Alkitab, Retret Remaja, Retret Pemuda, Retret Pengkhotbah Senior, Retret Pengkhotbah Junior, dan Retret Akhir Tahun.
Di dalam retret-retret ini, semua biaya ditanggung oleh Tuhan Yesus Kristus, sehingga tidak satupun peserta perlu mengeluarkan biaya, kecuali biaya untuk keperluan pribadinya.
Di tahun 2024 GYK kembali diperintahkan Tuhan untuk mengadakan retret gratis bagi umum, yaitu Retret Keluarga Sekolah Minggu, Retret Mudah Membaca Alkitab Jakarta, Retret Mudah Membaca Alkitab Kupang, dan Retret Pemuda Remaja di Pulau Pari, Retret Mudah Membaca Alkitab Sumba, dan Retret Umum 24-26 Desember 2024.

Di pertengahan bulan Maret 2025 GYK mengadakan retret bersama Mario dan Milko dan mendapatkan pesan Tuhan bahwa setiap pengikut Kristus harus menjadi infinite seperti Allah. Cara yang harus ditempuh adalah memperdalam dan memperluas hikmat yang Allah berikan dengan cara langsung melakukan apa yang Allah perintahkan, dan selalu bersyukur bila kehendak Allah berbeda dengan kehendak kita.

Pada libur Lebaran April 2025, GYK mengadakan retret mendadak di Rangkasbitung untuk mengajarkan cara pandang Tuhan terhadap kehidupan manusia. Retret ini diisi dengan kesaksian berbagai anak muda yang menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya penolong dalam hidup mereka.

Melalui retret-retret ini, GYK mengajak semua umat Tuhan untuk kembali menekuni Alkitab sebagai sarana yang Tuhan berikan untuk menuntun dan memberkati pasukan-Nya di jaman ini.

Berbagai kegiatan GYK belakangan ini adalah:
- Belajar Alkitab Setiap Senin (BASS) online tiap Senin 19.00 WIB
- Persekutuan Doa online tiap Rabu 19.00 WIB
- Pemahaman Alkitab onsite tiap Kamis 17.00 WIB
- Pemahaman Alkitab onsite tiap Kamis 18.30 WIB
- Pemahaman Alkitab onsite tiap Sabtu 16.30 WIB
- Sekolah Minggu online tiap Sabtu 18.00 WIB
- Ibadah Minggu pagi onsite 10.00 WIB
- Ibadah Minggu malam onsite 18.30 WIB